Powered By Blogger

Jumat, 04 Maret 2011

Mengenal Lebih Dekat Udjo Ngalagena,pemilik Saung Udjo

Udjo Ngalagena

5 Maret 1929, adalah hari di saat pasangan suami istri Wiranta dan Imi dikarunia putra keenam mereka, yang kemudian diberi nama Udjo.
Udjo kecil sudah memperlihatkan bakatnya dan ketertarikannya dalam dunia seni, musik dan budaya sejak usia balita. Udjo mempelajari Angklung dalam dua tangga nada dasar, yaitu diatonik dan pentatonik, hal ini menjadikannya mahir untuk memainkan berbagai jenis musik, mulai dari musik tradisional Sunda dan lagulagu popular Indonesia, serta juga, lagu dari negara Belanda.
Kepiawaiannya dalam berkesenian terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Dan kemudian Udjo menjadi seorang guru kesenian di beberapa sekolah di Bandung. Keinginannya untuk terus maju mendorongnya untuk mempelajari kesenian langsung dari para maestro kesenian Sunda, mereka adalah : Mang Koko sang ahli Kecapi; Rd. Machyar Angga Kusumahdinata seorang guru gamelan; dan Daeng Soetigna sang inventor Angklung diatonik. Tak lama kemudian, Udjo didaulat untuk menjadi asisten dari Daeng Soetigna, dan kemudian mewakilinya untuk memimpin sebuah pertunjukan musik.


Hasrat dan kecintaannya pada seni dan budaya menjadi alasan utama bagi Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati untuk mendirikan Saung Angklung Udjo (SAU). Pernikahannya dengan Uum Sumiati dikaruniai 10 orang putra dan putri. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, mereka mewarisi hasrat dan kecintaan Udjo Ngalagena kepada Angklung.

Pada hari Kamis tanggal 3 Mei 2001 Udjo Ngalagena wafat. SAU tidak berhenti sampai disini, kesepuluh putra-putrinya secara bersama-sama meneruskan langkah SAU untuk terus melestarikan dan mengembangkan budaya Sunda. Karena semangat yang tertanam di hati mereka memang tak kan pernah memudar.

Saung Angklung Udjo (SAU) merupakan sebuah tujuan wisata budaya yang lengkap, karena SAU memiliki arena pertunjukan, pusat kerajinan bambu dan workshop untuk alat musik bambu. Disamping itu, kehadiran SAU di Bandung menjadi lebih bermakna karena kepeduliannya untuk terus melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Sunda ? khususnya Angklung ? kepada masyarakat melalui sarana pendidikan dan pelatihan.

Pada tahun 1966, Udjo Ngalagena beserta istrinya Uum Sumiati mendirikan sebuah sanggar kesenian Sunda, yang kita kenal dengan SAU. SAU dibangun di atas sebuah landasan yang kuat dan dedikasi yang tinggi untuk melestarikan kebudayaan dan kesenian Sunda.
Dengan atmosfer segar Tatar Parahyangan di kawasan Bandung Timur, SAU menjadi tempat yang tepat untuk menikmati keunikan dari dominasi bambu, dimulai dari elemen interior dan lansekap sampai dekorasi dan gemerincingnya suara alat musik bambu.

SAU memberikan gambaran yang cantik tentang keharmonisan diantara alam dan budaya, karenanya, tidaklah mengherankan apabila SAU kini berkembang menjadi sebuah tujuan pengalaman wisata budaya yang lengkap ? tempat untuk bisa merasakan kebudayaan Sunda sebagai bagian dari kekayaan warisan budaya dunia.
Di tahun 50-an, ada sebuah keluarga yang menempati kawasan Jalan Padasuka Bandung, sepasang suami-istri yang telah dikaruniai 10 orang anak, memulai perjalanan mereka untuk mendirikan sebuah paguyuban kesenian Sunda yang unik. Ide dasarnya adalah menjadikan bambu sebagai elemen yang memberikan banyak karakter yang mendominasi, karena itu, banyak benda yang dihasilkan dari bambu, seperti kursi pertunjukan, alat musik hingga panggung pertunjukannya.
Di luar dugaan, pertunjukan kesenian yang ditampilkan di sini menorehkan kesan yang mendalam bagi para penonton. Sejak awal berdirinya SAU, tawa riang keceriaan, celoteh dan aktivitas ceria anak?anak selalu memenuhi setiap penjuru, sekaligus, menjadi jiwa dari tempat ini.

Udjo Ngalagena sangat terinspirasi oleh filosofi gurunya Daeng Soetigna yang disingkat dengan 5M; Mudah, Murah, Mendidik, Menarik dan Masal. Kemudian, Udjo menyempurnakan filosofi ini dengan menambahkan satu nilai, yaitu Meriah.

Prinsip-prisip ini kemudian dikembangkan menjadi sebuah konsep pertunjukan yang ideal, dan dikenal dengan nama Kaulinan Urang Lembur. Sebuah pertunjukan yang memadukan unsur kesenian Sunda yang atraktif dan pendidikan. Hal inilah yang menjadi daya tarik dan alasan utama orang berkunjung ke Saung Angklung Udjo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar